BIMATA.ID, JAKARTA- Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berupaya meningkatkan iklim investasi sektor panas bumi ini dengan cara ikut berbagi risiko dengan investor melalui turut melakukan pengeboran eksplorasi panas bumi.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan demi menarik investasi geothermal, pemerintah akan menyediakan insentif fiskal, pengecualian bea masuk, dan lainnya. Demi mengurangi risiko eksplorasi investor, pemerintah juga sudah memperkenalkan skema di mana eksplorasi dilakukan oleh pemerintah dengan turut melaksanakan kegiatan pengeboran.
“Untuk mengurangi resiko eksplorasi, pemerintah memperkenalkan sistem development geothermal, yakni pengeboran oleh pemerintah di mana eksplorasi dilakukan oleh pemerintah,” tutur Arifin.
Saat ini pemerintah pun menurutnya sedang menyiapkan kebijakan regulasi terkait harga panas bumi agar menarik kembali investasi tambahan di sektor panas bumi.
Pemerintah terus membuat inovasi dengan memberikan peluang pada pengembangan panas bumi di hutan produksi, hutan lindung, dan hutan konversi. Demi meminimalkan sengketa pemerintah menyarankan pada pengembang untuk melakukan pemberdayaan kepada masyarakat.
Dia mengatakan saat ini Indonesia sedang bertransformasi dari energi kotor ke energi terbarukan. Indonesia menurutnya memiliki potensi besar untuk geothermal di mana potensinya mencapai 23,9 giga watt (GW) untuk bisa dikembangkan. Akan tetapi, realisasinya hingga saat ini baru 2,13 GW atau 8,9% saja.
Selain geothermal, Indonesia juga memiliki potensi sumber energi baru terbarukan lainnya yang tak kalah besar, seperti potensi hydro sebesar 75 GW dengan realisasi baru 6,08 GW atau 8,1%, potensi bioenergi 32,6 GW dan realisasinya baru 1,89 GW. Sementara potensi energi angin mencapai 60,6 GW dengan realisasi 0,15 GW atau 0,25%. Kemudian solar panel memiliki potensi sebesar 207,8 GWp dengan realisasi baru 0,14 GWp atau baru 0,07%, serta potensi laut 17,9 GW namun belum dimanfaatkan sama sekali.
“Kita lihat energi geothermal memiliki peran ke depan di mana potensi Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi geothermal yang terbesar di dunia. Dengan potensi yang besar, kita targetkan 7.000 MW pada 2025. Namun saat ini kapasitas terpasang baru 2,13 GW atau 8%,” jelasnya.
Ketua Asosiasi Panas bumi Indonesia (API) Prijandaru Effendi mengatakan energi panas bumi penting karena potensinya melimpah. Menurutnya Indonesia memiliki potensi panas bumi yang besar sekitar 40% dari potensi seluruh dunia, di mana saat ini total kapasitas terpasang sudah lebih 2.000 MW.
Dia menyebut jika Indonesia saat ini memiliki peringkat kedua setelah Amerika Serikat sebagai produsen panas bumi terbesar.
“Hal ini bisa dijadikan momentum di mana panas bumi Indonesia dapat berperan sebagai agenda pembangunan ekonomi berkelanjutan, serta meningkatkan keekonomian dalam negeri, dan menurunkan emisi gas rumah kaca,” paparnya.