BIMATA.ID, JAKARTA- Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Aceh Tamiang mengusulkan pemerintah membentuk bank tani sebagai antisipasi anjloknya harga gabah.
Usulan ini kembali dicuatkan setelah harga gabah pada pekan kedua September sudah menyentuh angka Rp 4.300 per kilogram.
Ketua KTNA Aceh Tamiang, Yogi Syahputra mengungkapkan harga ini merupakan posisi terendah dibanding periode panen terdahulu yang masih berada di seputaran Rp 5 ribu.
Dikhawatirkannya posisi harga saat ini masih berpeluang terus merosot.
“Setiap hari berubah dan cenderung turun. Kalau tidak ada antisipasi, nasib petani kita semakin memprihatinkan,” kata Yogi.
Dia pun berharap agar DPRK Aceh Tamiang dan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan (Distanbunak) mau menerima usulan yang disampaikan KTNA terkait pembentukan bank tani atau wadah sejenis yang berfungsi menampung gabah petani.
Dia meyakini bila wadah ini terbentuk, maka petani memiliki kepastian harga.
Sebagai alternatif, Yogi berharap pemerintah bersedia kembali memberikan tunjangan beras kepada PNS. Pola ini diyakininya juga akan berdampak positif bagi petani di Aceh Tamiang yang saat ini masih dikendalikan pasar Medan.
“Kita belum bisa menentukan harga kata sangat tergantung dengan Medan. Bila tunjangan beras ini diberlakukan, maka tidak perlu repot-repot jual ke Medan lagi,” sarannya.
Kadistanbunak Aceh Tamiang, Yunus ketika dikonfiramsi mengungkapkan pihaknya tidak bisa mengendalikan harga karena sepenuhnya ditentukan oleh pasar.
Yunus tidak membantah kalau sebagian besar gabah petani Aceh Tamiang dijual ke Medan.
“Kita masih bergantung dengan Medan, ini yang membuat kita tak berdaya mengantisipasi harga,” kata Yunus.