Bimata

DWS : Perkuat Ekonomi Sleman Dengan Dorong Pengusaha Kecil Berproduksi

BIMATA.ID, SLEMAN- Warga Sleman mampu mengolah kain limbah konveksi menjadi beragam produk kerajinan, seperti keset berbagai macam karakter dan masker.

Salah satunya usaha kerajinan tersebut dilakukan oleh Sri Mujiati, warga Murangan VII, Triharjo, sejak pandemi Covid-19 melanda Sleman. Dia mengaku awalnya hanya berupaya mencari pemasukan di tengah guncangan ekonomi akibat pandemi.

“Saya mengolah kain limbah konveksi menjadi keset berbagai macam karakter dan masker,” katanya saat menerima kunjungan Calon Bupati Sleman, Danang Wicaksana Sulistya (DWS), Rabu (23/9/2020).

Hasil jerih payahnya pun mendapat apreseasi dari DWS. Ia mengaku kaget DWS mengunjungi rumahnya dan memborong keset berbahan kain perca buatannya. Berbagai macam keset bergambar karakter kartun populer seperti Donald, Tasmania, Nemo, Mickey hingga karakter kartun Jepang semisal Doraemon ditampilkan.

“Harga per lembar Rp30.000. Modalnya hanya beli kain perca sisa konveksi Rp5.000 perkilo,” katanya.

Dia mengaku masih belum terjun sepenuhnya dalam usaha pembuatan kerajinan kain perca. Saat ini, dia hanya memasarkan hasil kerajinannya melalui media sosial. Dia akan menekuni secara total usaha kerajinan berbahan kain perca.

“Selama ini cuma usaha sendiri, dijual sendiri. Karena ya bukan pengurus PKK dan belum pernah dikunjungi pejabat,” ujarnya.

Semenatara DWS mengatakan Sleman harus memperkuat ekonomi dengan mendorong pengusaha kecil berproduksi. Dia berjanji akan memberikan perhatian kepada pelaku-pelaku usaha kecil seperti kerajinan dan kuliner. Menurut dia, potensi ekonomi sektor dari sektor kerajinan harus dikelola dan didampingi agar dapat menembus pasar yang lebih luas dan dapat mengakses permodalan.

Politisi yang menggandeng tokoh UMKM Sleman Agus Choliq itu memborong keset berkarakter dan masker kain warna warni milik Mujiati.

“Sebetulnya harga produk kerajinan ini masih bisa lebih tinggi karena produknya bagus. Ini anak-anak saya pasti senang dengan karakter kartun yang ditawarkan,” ungkap DWS.

Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS) Sleman tahun 2018 lalu, kata DWS, jumlah angkatan kerja tercatat sebesar 659.305 orang. Angkatan kerja di Sleman mengalami tren meningkat sebesar 2,4% tiap tahunnya sejak lima tahun belakangan, lebih besar dari rerata tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 0.9% pada periode yang sama.

Sayangnya, lapangan pekerjaan tidak selalu tersedia sehingga Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sleman cukup tinggi, sebesar 4% lebih pada tahun 2017 dan mengalami peningkatan secara gradual. Peningkatan itu disebabkan lulusan sekolah menengah yang bertambah setiap tahun.

Tren TPT yang meningkat setiap tahunnya menurut DWS akibat kurang sejalannya supply and demand tenaga kerja. Minimnya kesempatan kerja itu dikatakannya dapat disebabkan kinerja sektor investasi yang tidak terlalu baik atau kurangnya keterampilan yang dimiliki angkatan kerja.

“Salah satu cara yang masuk akal ya dengan mendata potensi, mendorong dan fasilitasi. Pokoknya segala cara untuk ekonomi Sleman yang lebih maju harus kita coba,” kata DWS.

Exit mobile version