BIMATA.ID, Semarang – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Fraksi Partai Gerindra Jawa Tengah,Yudi Indras Wiendarto, meminta agar Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah tak gegabah untuk kembali melakukan pembelajaran tatap muka.
Tentu saja, penerapannya dilakukan dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat.
Jika benar direalisasikan, kebijakan itu dinilai sangat membahayakan siswa. Apalagi saat ini angka kasus Covid-19 di Jateng masih terus naik.
“Kemarin sewaktu jumlah kasus masih sedikit, kegiatan belajar mengajar KBM di buat daring.saat ini ketika kasus melonjak justru akan dibuat tatap muka. saya kira tidak pas,” ujar Yudi, Selasa (11/08/2020).
Kemendikbud mencatat ada 43 persen siswa yang berada di zona hijau dan kuning. Sedangkan 57 persen lainnya berada di zona merah dan oranye. Status zonasi ini dilakukan per kabupaten/kota berdasarkan data Satuan Tugas Nasional Covid-19.
Di Jawa Tengah terdapat 14 kabupaten/kota di zona kuning berdasarkan data situs www.covid19.go.id. Meliputi Batang, Kota Tegal, Banjarnegara, Temanggung, Pemalang, Tegal, Sragen, Purbalingga, Wonosobo, Brebes, Magelang, Boyolali, Cilacap, dan Klaten.
Politikus Gerindra itu menuturkan tidak hanya orang tua dan warga yang memiliki penyakit penyerta yang rentan terpapar virus corona dan berakibat fatal. Namun, lanjutnya, anak-anak juga rentan dan bisa menularkan ke orang di sekitarnya.
“Pembelajaran daring memang tak efektif jika dibandingkan pembelajaran tatap muka antara guru dan murid. Namun, pembelajaran tatap muka membahayakan siswa,” ucapnya.
Pembelajaran tatap muka, lanjutnya, bisa saja dilakukan dengan catatan.angka kasus Covid-19 menurun atau setidaknya tak mengalami lonjakan.
Karena itu, ia menilai pembelajaran harus tetap dilakukan daring namun dengan pembenahan. Misalnya, dari sisi pembelajaran, supaya ada perencanaan atau petunjuk pelaksanaan agar pembelajaran daring menarik dan lebih baik.
Lalu, terkait infrastruktur yang banyak dikeluhkan siswa, yakni soal gawai dan kuota internet, ia mengusulkan agar dana BOS digunakan untuk pengadaan perlengkapan tersebut. Lantaran gawai dan kuota internet masuk dalam sarana-prasarana belajar siswa.
“Konten harus lebih kreatif dan menarik. Guru juga harus diberikan kemampuan itu. Fokusnya lebih dulu pada konten yang lebih baik,”Pungkasnya
Editor : Ozie