BeritaBisnisEkonomiEnergiRegional

EBT Dorong Perekonomian Perdesaan

BIMATA.ID, JAKARTA- Energi baru terbarukan (EBT) bisa menjadi solusi energi hemat dan ramah lingkungan. Selain itu, juga dapat menjadi sumber elektrifikasi perdesaan guna mendorong perekonomian.

Listrik yang bersumber dari energi EBT saat ini tengah dikembangkan secara gencar. Energi tersebut bukan hanya ramah lingkungan, tapi menjadi solusi bagi ketersediaan listrik di wilayah terpencil.

Contohnya, Saat ini sekitar 25.000 rumah tangga di Nusa Tenggara Timur (NTT) belum teraliri listrik. Bahkan wilayah yang sudah teraliri juga sering mati, sehingga mengganggu aktivitas ekonomi.

“Untuk NTT, elektrifikasinya masih mahal karena menggunakan tenaga diesel. Agar murah, perlu mengganti dengan sumber energi EBT,” ujar  Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa.

Guna meningkatkan elektrifikasi dan penggunaan EBT, ESDM bekerja sama dengan pemerintah Inggris meluncurkan program “Mentari,” akronim dari Menuju Transisi Energi Rendah Karbon Indonesia. Program kemitraan ini bertujuan mendukung pemulihan aktivitas ekonomi hijau Indonesia melalui percepatan pencapaian target bauran energi sebesar 23 persen pada 2025.

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Ego Syahrial mengatakan, Mentari bertujuan mengurangi emisi sekaligus mewujudkan akses energi ke masyarakat dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, sehingga pemanfaatannya bisa berkelanjutan.

“Komitmen Indonesia mengurangi emisi hingga 29 persen pada tahun 2030 sebagai  upaya menuju energi bersih. Saat ini sedang dipersiapkan peraturan presiden tentang feed in tariff untuk menggenjot pemanfaatan EBT, khususnya di wilayah 3T: terdepan, terluar, dan tertinggal,” kata Ego.

ESDM mengonversi pembangkit-pembangkit berbasis fosil dengan EBT. Saat ini, tercatat terdapat 2.246 unit Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), 23 unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan 46 Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU).

Menurutnya, pembangkit-pembangkit listrik berbasis energi fosil ini akan dikonversi tiga tahun.

“Untuk PLTD yang dikonversi berusia lebih dari 15 tahun. Sedang PLTU dan PLTGU lebih dari 20 tahun,” tutur Ego.

Program Mentari bersama pemerintah Inggris akan berjalan dari tahun 2020- 2030. Ini merupakan salah satu terobosan penting dari implementasi transisi energi guna menstimulus perekonomian Indonesia di tengah pandemi Covid-19.

“Kehadiran Mentari sangat tepat. Kami optimistis, program tersebut mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi inklusif, serta menekan kemiskinan melalui pengembangan sektor energi terbarukan,” ungkapnya.

Tags

Tulisan terkait

Bimata
Close