BIMATA.ID, JAKARTA– Keinginan Indonesia untuk menjadi negara maju pun harus didukung dengan ketersediaan energi yang mencukupi. Namun sayangnya cadangan migas RI hanya 2,5 miliar atau sekitar 8,7 tahun masih kalah dengan Vietnam yang 4,4 miliar barel.
Ekonom Senior Faisal Basri mengatakan cadangan energi Indonesia terus menurun. Bukan hanya minyak, gas dan batu bara juga mengalami penurunan. Cadangan batu bara di RI hanya 3,7% dari cadangan dunia, tapi seperempat dari ekspor batu bara dunia atau 26% berasal dari Indonesia.
“Konsumsi minyak mencapai 1,7 juta barel sehari, sementara produksi 781 ribu barel sehari, dan batu bara diekspor habis-habisan,” kata Faisal.
Indonesia mengalami ancaman defisit energi karena saat ini konsumsi sudah lebih besar dari produksi. Sehingga pada 2021 diperkirakan akan mengalami defisit energi. Bahkan pada 2040 defisit energi diperkirakan bisa menacapai US$ 80 miliar. Untuk Bauran Energi pun masih belum maksimal, meskipun porsi migas mengecil tapi dari sisi volume sebenarnya naik. Pada 2016 kebutuhannya di 26,58 juta ton oil equivalent, 2025 jadi 103 juta ton, dan 2050 jadi 206.
“Artinya kita tidak boleh leha-leha meskipun punya unlimited renewable energy. Jangan lengah untuk migas, harus kerja keras untuk renewable maupun non renewable,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama Plt Dirjen ESDM Migas Ego Syahrial mengatakan untuk bauran energi saat ini 34% migas dengan kebutuhan 1,45 juta barel sehari. Pada 2025 migas turun jadi 25% di bauran energi.
Tapi konsumsi naik jadi 1,9 juta barel sehari. Sementara itu pada 2050 konsumsi minyak bisa sampai 3 juta barel per hari. Sedangkan cadangan minyak yang dimiliki RI hanya 2,5 miliar barel atau 8 tahun lagi atau hanya 0,2% dunia. Kemudian cadangan gas 1,53% dunia.
“Dulu kita berjaya dan masuk OPEC dengan produksi 1,5 juta barel sehari tapi dari wilayah kerja yang berada di Sumatra, Jawa, East Kalimantan. Sekarang produksi kita hanya sekitar 700 ribuan barel per hari,” kata dia.