BIMATA.ID, JAKARTA- Pasar properti residensial sekunder masih mengalami tekanan akibat pandemi Covid-19 yang belum usai. Senior Director Leads Property Darsono Tan mengatakan perumahan sekunder menjadi salah satu segmen pasar properti yang tertekan cukup dalam di tengah pandemi Covid-19.
“Terdapat beberapa properti residensial sekunder yang ditawarkan dengan harga di bawah pasar karena masih belum banyak pembeli,” ujarnya .
Hal ini disebabkan karena memang ekonomi sedang sulit dan pasar rumah sekunder hanya ada dua pilihan pembayaran yakni cash keras dan KPR apabila sudah balik nama sertifikatnya. Rumah pasar sekunder bersaing dengan pasar primer, di mana produk langsung dibeli dari pengembang. Hal itu dikarenakan banyak pengembang yang memberikan cicilan panjang.
“Yang tadinya 12 kali misalnya sekarang menjadi 24 kali hingga 36 kali. Jadi rumah sudah jadi, bisa handover, dan ditempati sementara cicilan belum lunas. Kami banyak melihat fenomena ini di developer yang mengembangkan perumahan dan banyak juga yang menawarkan produk yang sudah jadi dengan cicilan,” tutur Darsono.
CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghanda, menuturkan terdapat penurunan harga untuk properti residensial sekunder. Penurunan harga terjadi di beberapa titik wilayah khusus seperti“ Jakarta, Bandung dan Bali.
“Di beberapa titik koreksi bisa sampai 30 persen khususnya di Jakarta, Bandung, dan Bali, namun secara rata-rata keseluruhan wilayah relatif masih aman dibawah 5 persen,” ucap Ali.