BIMATA.ID, Jakarta – Sebelum nya Orang nomor satu di RI mengeluarkan ancaman bakal mengganti, alias reshuffle menteri yang dianggap bekerja tak sesuai ekspektasi. Bukan cuma itu, Jokowi rela kehilangan reputasi politik demi 267 rakyat Indonesia yang kini kondisi sedang sulit.
“Langkah apapun yang extraordinary akan saya lakukan. Untuk 267 juta rakyat kita. Untuk negara. Bisa saja, membubarkan lembaga. Bisa saja reshuffle. Udah kepikiran ke mana-mana saya,” ujar Jokowi dalam video dari Sekretariat Presiden, Minggu (28/6/2020).
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad tidak merasa Presiden mengancam tapi lebih kepada evaluasi kinerja.
“Pak Presiden bukan ancam mengancam. Ya soal apa namanya penilaian atau evaluasi kita serahkan kepada presiden yang mengangkat para menteri,” kata Dasco di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, dikutip dari Merdeka com.Jumat (3/7/2020).
Dasco menilai, sikap Jokowi lebih bersikap tegas agar dana penanganan Covid-19 segera disalurkan dan tepat sasaran. Dia mengapresiasi sikap mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
“Kalau soal reshuffle itu tergantung dari presiden karena hak prerogatif presiden setelah melakukan evaluasi kinerja para menteri,” kata dia.
Dasco pun mengklaim, bahwa saat ini kerja menteri dari Gerindra di kabinet Indonesia Maju sudah maksimal. Yaitu Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Menteri KKP Edhy Prabowo.
“Gerindra sendiri merasa menteri kami yang di kabinet sudah melakukan kerja maksimal. Tapi itu tergantung dari evaluasi pak presiden,” ucapnya.
Presiden Jokowi marah, jengkel, melihat kinerja menteri di kabinetnya. Jokowi belum melihat para menteri bekerja ekstra. Padahal, situasi sedang sulit, krisis, akibat pandemi Covid-19. Kemarahan itu dilakukan dalam rapat kabinet 18 Juni lalu.
Atas kemarahan tersebut, sejumlah kinerja menteri pun menjadi sorotan. Baik oleh partai politik pendukung pemerintah maupun para analis politik.