BIMATA.ID, Jakarta- Pandemi Virus Corona atau Covid-19 yang melanda dunia termasuk Indonesia, benar-benar melululantahkan sendi-sendi perekonomian nasional. Saat ini, banyak negara di dunia yang sudah mengalami kejatuhan menuju resesi ekonomi akibat panjangnya pandemi tersebut.
Apa itu Resesi ?
arti dari resesi adalah sebuah penurunan signifikan yang terjadi di dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan bahkan bisa mencapai bertahun-tahun.
Resesi terjadi ketika ekonomi suatu negara mengalami produk domestik bruto (PDB) negatif, meningkatnya jumlah pengangguran, menurunnya jumlah penjualan ritel, kontraksi ukuran pendapatan dan manufaktur dalam periode waktu yang panjang. Resesi dianggap sebagai bagian yang tak terhindarkan dari siklus ekonomi dan bisnis suatu negara.
Terjadinya resesi bukan tanpa penyebab, melainkan mulai dari tergoncangnya ekonomi yang tiba-tiba hingga dampak dari inflasi yang tidak dapat dikendalikan.
Lantas bagaimana dengan Indonesia, apakah bakal masuk ke jurang resesi?
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah tak menampik potensi tersebut bisa terjadi di Indonesia.
Dalam sebuah diskusi online Rabu (15/7/2020), Piter mengatakan nasib ekonomi Indonesia kedepan tidaklah jauh berbeda dengan negara lain yang mulai mengalami krisis akibat pandemi.
“Kalau sekarang kita ramai berbicara Singapura resesi, kita (Indonesia) juga sudah di depan mata. Kita juga akan resesi, sesuatu yang tidak akan terelakkan,” katanya.
Apalagi, saat ini kasus Virus Corona di tanah air makin hari makin banyak jumlahnya, sehingga memungkinkan pemerintah bakal menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) jilid dua, jika penyebaran virus ini tidak terkendali.
Piter menuturkan, ekonomi pada kuartal kedua sudah dipastikan mengalami kontraksi. Begitu pula pada kuartal ketiga dan keempat yang hampir diyakini terjadi penyusutan ekonomi, walaupun dengan skala lebih kecil.
“Kuartal III kita perkirakan masih negatif karena selama ada wabah perekonomian kita belum akan normal, aktivitas sosial ekonomi terbatasi konsumsi jauh turun,” katanya.