BeritaInternasional

Nganggur Akibat Pandemi Corona, Pekerja Seks di Thailand Hampir Bunuh Diri

BIMATA.ID, Jakarta- Wabah virus corona penyebab sakit Covid-19 yang terjadi di dunia telah mengubah hidup banyak orang tak terkecuali pekerja seks komersial.

Akibat kebijakan penguncian wilayah untuk meminimalisir infeksi virus, banyak pekerja seks terpaksa kehilangan pekerjaan mereka.

Seperti Bua yang sebelumnya  berpenghasilan hingga 40.000 baht (sekitar Rp 18,6 juta) per bulan sebagai pekerja seks di provinsi utara Chiang Mai, Thailand.

Ketika ada virus corona yang memaksa tempat-tempat hiburan ditutup, hal itu sontak membuatnya menjadi seorang pengangguran. Sejak Maret, ibu tunggal berusia 32 tahun yang adalah orang Myanmar, telah membayar hutang lebih dari 15.000 baht (setara Rp 6,8 juta) untuk membayar pendidikan putrinya.

Untuk kebutuhan harian, Bua masih mendapat bantuan dari kelompok pekerja seks Empower Foundation, karena pemberian dari pemerintah mengharuskannya menunjukkan kartu identitas Thailand.

“Jika bukan karena Empower, saya akan bunuh diri,” kata Bua dikutip dari Free Malaysia Today.

Ia meminta dalam wawancara untuk tidak menggunakan nama aslinya agar anggota keluarganya tidak mengetahui tentang pekerjaannya.

Sementara Thailand telah mengumumkan rencana untuk bar dan tempat karaoke untuk dibuka kembali setelah ditutup selama empat bulan akibat pandemi Covid-19.

Sebuah laporan UNAIDS 2014 memperkirakan ada 123.530 pekerja seks di Thailand, tetapi kelompok-kelompok advokasi menyebutkan angka itu lebih dari dua kali lipat jumlahnya, termasuk puluhan ribu migran dari negara tetangga Myanmar, Laos, Kamboja dan Vietnam.

Banyak perempuan muda sekarang berada di antara dua juta warga Thailand yang dipercayai oleh badan perencanaan negara mungkin akan menganggur tahun ini karena dampak virus itu.

Di Thailand, pelacuran adalah pekerjaan ilegal dan dihukum dengan denda 1.000 baht (sekitar Rp 460 ribu). Sementara pelanggan yang membayar untuk seks dengan pekerja di bawah umur dapat dipenjara hingga enam tahun.

Namun selama bertahun-tahun, negara ini mulai dikenal untuk wisata seks, dengan sejumlah besar bar, panti pijat, dan ruang karaoke yang jumlahnya berlipat ganda karena jumlah wisatawan melonjak karena undang-undang tidak ditegakkan.

(FID)

Tags

Tulisan terkait

Bimata
Close