BIMATA.ID, Jakarta- Pelatih Liverpool, Jurgen Klopp, memang dikenal punya kepribadian yang unik. Lelaki berkebangsaan Jerman itu hampir tidak pernah terlihat mengenakan setelan jas ketika mendampingi Si Merah di pinggir lapangan. Ternyata, gaya berpakaian pernah menjadi alasan pria berusia 52 tahun itu ditolak sebagai pelatih.
Pada 2008, Hamburg SV tengah mencari pelatih baru karena Huub Stevens sudah mengumumkan bakal mundur pada akhir musim. Ada empat kandidat yang dipertimbangkan, yakni Fred Rutten, Christian Gross, Bruno Labbadia, dan Jurgen Klopp.
Direktur Teknik Hamburg SV kala itu, Dietmar Beiersdorfer, pernah mengirimkan seorang pemandu bakat untuk memantau kinerja para kandidat. Indikator yang dipakai pun bermacam-macam, mulai dari sesi latihan, taktik, motivasi, ketepatan waktu, gaya berpakaian alias penampilan, hingga cara berhadapan dengan media.
Dari hasil pemantauan, Fred Rutten mendapat skor tertinggi, sementara Jurgen Klopp paling rendah. Menariknya, pemandu bakat itu menulis sebuah catatan terkait pria yang pernah dijuluki Kloppo itu, yakni seorang perokok, selalu terlambat saat latihan, berpenampilan sedikit urakan dengan jenggot berantakan, serta selalu mengenakan celana jins berlubang.
“Celana jins itu tidak diterima dengan baik oleh dewan pertimbangan. Dewan direksi langsung menganggap memakai jasa Jurgen Klopp bukan lah sebuah ide yang bagus,” tutur CEO Hamburg SV kala itu, Bernd Hoffmann, dikutip dari Goal, Kamis (9/7/2020).
Mengetahui fakta tersebut, Jurgen Klopp jelas berang. Ia mengaku seorang perokok, tetapi tidak pernah sekalipun terlambat datang ke sesi latihan. Apalagi, Klopp dianggap oleh petinggi Hamburg tidak memiliki rasa hormat, bahkan kurang ajar saat bertemu pers.
“Perokok memang benar, tetapi soal ketepatan waktu jelas-jelas bohong. Saya tidak pernah datang terlambat. Mereka juga bilang saya kurang ajar ketika bertemu media. Apa-apaan itu?” ucap Jurgen Klopp.
Faktanya, pria kelahiran Stuttgart itu kecewa berat karena Hamburg terlambat memberi tahu tidak akan merekrutnya sebagai pelatih. Padahal, Jurgen Klopp sudah berharap bakal menjadi pelatih hingga sempat mencari rumah di kota tersebut.
“Ketika itu, saya hanya bilang, ‘Kawan, kalau masih tertarik, saya hanya ingin bilang tidak. Jangan pernah panggil saya lagi. Saya tidak akan pernah mengambil tawaran itu,’” kata pria berkacamata itu, sebagaimana dikutip dari RND.
Penilaian aneh itu sudah pasti bakal disesali Hamburg SV. Ketika mereka sedang berkubang di divisi dua Bundesliga Jerman, Jurgen Klopp terbukti sudah menjadi salah satu pelatih berkelas dunia. Deretan trofi yang diraih baik bersama Borussia Dortmund dan Liverpool, bakal membuat Hamburg SV gigit jari.
(FID)