BIMATA.ID, JAKARTA- Kinerja sektor properti saat ini masih cenderung stagnan. Hal ini dinilai wajar mengingat pandemi virus korona memukul semua emiten properti.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat kinerja saham sektor properti dan konstruksi akibat korona minus 34,9 persen dibandingkan posisinya pada awal tahun.
Pekan lalu, sektor properti dan konstruksi ditutup pada level 327, turun dari posisi 503 pada awal tahun.
Meski begitu, sejumlah analis menilai, dalam jangka panjang sektor properti akan mengalami pemulihan seiring dengan kebijakan new normal sehingga saham sektor properti masih layak dikoleksi.
Saham-saham berkapitalisasi besar seperti PT Lippo Karawaci (LPKR), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), dan PT Ciputra Development Tbk atau CTRA tetap layak untuk dikoleksi.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan saham sektor properti akan terus tumbuh setelah berhasil bangkit dari posisi terburuknya pada akhir April lalu, yaitu level 286.
Hans meyakini tren sektor properti melenggang di zona hijau akan mulus ditopang oleh momentum Peraturan Pemerintah (PP) Tapera. Hampir semua pengembang menyambut aturan ini, maklum ada potensi besar yang dapat mendorong kinerja keuangan emiten properti.
“Dengan UU Tapera yang disetujui pemerintah, maka akan mendatangkan permintaan ke sektor properti, tak heran pengembang menyambut positif,”jelasnya dalam keterangan tertulis, Senin, 29 Juni 2020.
Program tabungan perumahan rakyat ini akan menghimpun dana pekerja, baik PNS, TNI, Polri, BUMN, BUMD, dan pekerja swasta, serta pekerja mandiri untuk pembiayaan perumahan.
Pekerja terdaftar atau peserta Tapera nantinya akan dikenakan iuran simpanan sebesar tiga persen dari gaji atau upah. Iuran dana yang dipotong dari gaji pekerja secara periodik itu akan dikembalikan setelah kepesertaan berakhir.
Hans menilai permintaan properti di pinggiran ibu kota akan semakin menggeliat imbas perubahan daya hidup akibat korona, dari yang biasa ke mal kini banyak tinggal di rumah. Kini, perumahan di harga Rp300 juta makin banyak diburu pembeli.
Faktor pendorong lain, pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin menjadi 4,25 persen serta tingkat suku bunga deposit facility dan bunga lending facility menjadi masing-masing 3,5 persen dan 5,0 persen turut menjadi katalis pendongkrak sektor properti.
Kebijakan new normal yang disambut dengan mulai dibukanya pusat pusat perbelanjaan juga akan membuat emiten yang bergerak di pengembangan mall atau memiliki jaringan mall akan mengalami rebound.
Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji Gusta menambahkan salah satu faktor pendorong bagi saham properti yaitu kebijakan pelonggaran moneter. Pendorong lain, developer juga cenderung mengandalkan recurring income, ini akan tetap jadi andalan.
Menurut Nafan, dari sisi aset hampir semua pengembang mengalami kenaikan. Para pengembang mulai menerapkan sejumlah inovasi, sekaligus juga tetap komitmen melanjutkan setiap proyek.
Kepala Riset Reliance Sekuritas Lanjar Nafi menyampaikan dalam jangka panjang ekonomi Indonesia juga akan terus tumbuh. Sejumlah sektor akan terdorong, salah satunya properti.
“Belum lagi proyek infrastruktur tetap berlanjut. Ini memberi sentimen positif. Emiten properti seperti LPKR dalam jangka panjang kinerja membaik, juga bisa meraup untung,” jelasnya.