BeritaKesehatanNasionalOpini

Show and Hide Menkes Terawan

BIMATA.ID, JAKARTA- Rindu tapi benci. Kiranya frasa legendaris yang didislokasi tersebut tepat untuk menggambarkan hubungan publik dengan Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto.

Awalnya memang publik “mem-bully” sang Menteri akibat komunikasi yang jamak dinilai kurang tepat sebelum dan di awal pandemi Covid-19. Namun ketika Terawan seolah mengurangi intensitas komunikasi publik setelahnya, tak sedikit kalangan yang mempertanyakan keberadaannya.

Menkes Terawan muncul dalam kapasitasnya dengan memberikan standpoint pemerintah yang dinilai memiliki progresivitas tersendiri terkait wacana pembukaan aktivitas sekolah di zona hijau Indonesia yang dikategorikan aman dari Covid-19.

Dengan kontribusi secuil kutipan yang dijadikan clickbait media, apa yang disampaikan Menkes Terawan justru dituding oleh publik bahwa pemerintah menjadikan mereka yang bersekolah sebagai “kelinci percobaan” kebijakan new normal atau normal baru.

Memang, 6 persen wilayah zona hijau yang akan kembali membuka aktivitas sekolah merupakan wilayah yang aksesnya jauh dari kota dan tak miliki fasilitas kesehatan yang memadai.

Namun, komitmen pemerintah yang didukung oleh Menkes ini dinilai akan bermuara pada hal yang positif dikarenakan akses di wilayah tersebut terhadap metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) juga memiliki keterbatasan dan tak efektif selama ini serta dikhawatirkan akan menghambat akselerasi pendidikan.

Penilaian tersebut tampaknya tak menjadi dasar kalkulasi kritik tajam publik ketika memang suka tidak suka, reputasi Menkes Terawan telah terdegradasi sejak sebelum dan di awal pandemi Covid-19 karena tutur kata dan komunikasinya dinilai tak sesuai dengan kapasitasnya.

Sempat menarik diri dari hingar bingar pandemi Covid-19 di Indonesia yang meskipun perannya sangat vital, nyatanya comeback Menkes Terawan untuk mendukung pembukaan kembali sekolah di zona hijau tetap menuai sikap skeptis publik.

Tags

Tulisan terkait

Bimata
Close