EnergiInternasionalOpiniPendidikan

Doktor Tenaga Surya Internasional dari Surabaya

BIMATA.ID, JAKARTA- Nastiti Puspitosari adalah salah satu ‘Arek Suroboyo’ yang mengharumkan nama Indonesia di mata dunia. Perempuan muda berusia 29 tahun ini berprofesi sebagai ahli tenaga surya atau photovoltaic internasional.

Pada tahun 2017 atau di usia 26 tahun, Nastiti telah meraih gelar PhD dalam bidang tenaga surya. Nastiti bahkan menyelesaikan pendidikan S2 dan S3 nya di Prancis.
Saat S2 Nastiti menempuh pendidikan tentang energi terbarukan di di Ecole Polytechnique dengan spesialisasi konversi tenaga surya ke tenaga listrik melalui panel surya.
Kemudian saat S3 Nastiti menyelesaikan program doktoralnya di Universite Paris Sud & Centrale Supelec dengan riset melakukan pengukuran tingkat efisiensi material-material baru yang akan dipakai ke panel tenaga surya.
“Jadi saya melakukan pengukuran tingkat konversi dari tenaga matahari menjadi tenaga listrik yang bisa dicapai dengan material-material baru. Kalau ada ketidaksempurnaan material atau defect, maka tingkat konversi dari sinar matahari ke tenaga listrik jadi jauh lebih rendah dari yang seharusnya,” kata alumnus ITS ini, Minggu (13/6).
Saat ini Nastiti bekerja sebagai cost estimator di sebuah perusahaan penyedia pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Prancis.
“Jadi kami mengerjakan pembangunan pembangkit tenaga listrik tidak hanya di Prancis tapi juga di Amerika Serikat dan Amerika Selatan. Tugas cost estimator adalah merancang pembiayaan proyek pembangunan pembangkit tenaga surya. Tugas saya untuk melihat kemungkinan apakah pembangkit tersebut bisa dibangun atau tidak (di daerah yang ditunjuk), lalu menganalisa apakah konversi listrik yang nantinya dihasilkan bisa memenuhi kebutuhan konsumen atau tidak, dan apakah pembangunan tersebut bisa memberikan profit untuk perusahaan,” kata Nastiti yang juga alumni SMAN 5 surabaya.
Beberapa perusahaan besar seperti Facebook dan Amazon, kata Nastiti, juga sudah melirik pembangunan pembangkit tenaga surya untuk mensuplai kebutuhan listrik server-server mereka.
“Mereka (Facebook dan Amazon) juga menggunakan energi listrik terbarukan untuk server mereka yang besar. Mereka juga mulai memilih energi yang ramah lingkungan,” kata Nastiti.
Tags

Tulisan terkait

Bimata
Close