BIMATA.ID, JAKARTA- Politisi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean ikut berceloteh terkait membengkaknya tagihan listrik di tengah pandemi. Dia menyebut PLN kejam karena menari di atas krisis ekonomi yang muaranya menyengsarakan rakyat.
“Ada apa denganmu duhai PLN? Apakah dikau sedang kolusi dengan Covid-19 untuk menyakiti rakyat? Bukankah pak Presiden Jokowi selalu bercita-cita membuat ekonomi meroket dan bukan tagihan listrik yang meroket? Kejam, kejam dan tega dikau duhai PLN,” ketus Ferdinand dalam cuitannya di Twitter, Senin (8/6/2020).
Ferdinand juga memprotes kinerja manual minim inovasi yang dilakukan PLN dalam pencatatatan tarif listrik masyarakat.
“Masa zaman teknologi canggih ini masih gagap tak mampu menciptakan software pembaca Kwh yang akurat tanpa harus gunakan tenaga pencatat? Ini bukan zaman kuda gigit batu lagi, PLN harus lakukan inovasi dalam bekerja,” seru Ferdinand.
“Zaman teknologi sudah canggih, koq bisa PLN bekerja seperti era kuda gigit besi? Sementara hampir semua perusahaan besar sekarang masuk era digitalisasi,” lanjutnya.
Tak sampai disitu, Ferdinand juga menganggap PLN sepertil layaknya ibu-ibu pedagang sayur yang masih menggunakan kertas dalam menghitung jualannya.
“Sementara PLN masih berpikir seperti emak-emak penjual sayur yang hanya butuh kertas oret-oretan untuk menghitung jualannya,” celetuknya.
Menurut Ferdinand, digitalisasi atau KWH dua arah bisa jadi solusi. Sehingga dengan melonjaknya tarif listrik di masa pandemi Covid-19, Ferdinand menganggap PLN.
“Sejak dulu hingga sekarang, puluhan tahun PLN berdiri, KWH masih catat manual. Pas covid, ngga ada tukang catat maka PLN main tebak-tebakan daya terpakai. Jadilah bengkak yang tidak harus bengkak. Naik yang tidak harus naik. Kata kasarnya BUNTING DILUAR NIKAH,” pungkas Ferdinand.
Sebelumnya, PLN telah menjelaskan bahwa kenaikan tagihan listrik pada Juni 2020 merupakan dampak dari penghitungan rata-rata pada tiga bulan terakhir saat penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
“Lonjakan pada sebagian pelanggan tersebut terjadi semata-mata karena pencatatan rata-rata rekening sebagai basis penagihan pada tagihan Mei, pada Juni ketika dilakukan pencatatan meter aktual selisihnya cukup besar. Itulah yang menyebabkan adanya lonjakan,” terang Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN, Bob Saril.
Sumber:fajar.co.id