BIMATA.ID, Jakarta – Pemerintah menaikkan iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan ( BPJS Kesehatan ) untuk kelas I dan II. Kenaikan ini tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 64 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Perpres Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan.
Pengamat ekonomi sekaligus dosen Perbanas, Piter Abdullah, mengkritik kenaikan iuran BPJS Kesehatan di tengah meluasnya wabah virus Corona. Sebab, kenaikan iuran BPJS tidak tepat waktu.
“Memang disayangkan kebijakan ini diambil pemerintah di tengah kegalauan masyarakat akibat wabah covid-19. Tidak tepat waktunya,” tegas dia kepada wartawan , Rabu (13/5/2020).
Piter menjelaskan, kebijakan pemerintah terkait kenaikan iuran BPJS Kesehatan menjadi tidak jelas arahnya. Musababnya, di satu sisi langkah ini untuk membantu peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat, namun disisi lain justru menambah beban ekonomi masyarakat yang tengah sulit akibat wabah Corona.
Keputusan pemerintah ini diambil untuk mencoba peruntungan pasca Mahkamah Agung (MA) menggugurkan kenaikan iuran bpjs pada Maret 2020 lalu. Sehingga pada tahun 2021, akan diterapkan perbaikan secara menyeluruh dari ekosistem Jaminan Kesehatan Nasional atau JKN.
Meski begitu, kenaikan iuran BPJS Kesehatan pada tahun ini hanya berlaku untuk peserta Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) serta Bukan Pekerja (BP) kelas I dan II.
“Namun mereka bisa pindah kelas. Jadi kalau mereka keberatan mereka bisa pindah kelas,” tandasnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi menaikan iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan ( BPJS Kesehatan ) untuk kelas I dan II. Kenaikan iuran tersebut mulai berlaku pada 1 Juli 2020.
Kebijakan tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 64 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Perpres Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan.
Merujuk pada Pasal 34 Perpres tersebut, seperti dikutip Rabu (13/5/2020), kenaikan iuran BPJS Kesehatan pada tahun ini hanya berlaku untuk peserta Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) serta Bukan Pekerja (BP) kelas I dan II.
“Iuran bagi Peserta PBPU dan Peserta BP dengan Manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas I yaitu sebesar Rp 150.000,00 per orang per bulan dibayar oleh Peserta PBPU dan Peserta BP atau pihak lain atas nama peserta,” demikian bunyi Pasal 34 ayat 3 Perpres Nomor 64/2020.
“Iuran bagi Peserta PBPU dan Peserta BP dengan Manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas II yaitu sebesar Rp 100.000,00 per orang per bulan dibayar oleh Peserta PBPU dan Peserta BP atau pihak lain atas nama peserta,” demikian bunyi Pasal 34 Perpres Nomor 64/2020,” tulis Pasal 34 ayat 2.
Sementara untuk peserta BPJS kesehatan PBPU dan BP kelas III besaran iurannya baru akan naik pada 2021 mendatang.
“Iuran Kelas III Tahun 2020 sebesar Rp 25.500,00, tahun 2021 dan tahun berikutnya menjadi Rp 35.000,00.”
Sedangkan untuk Januari, Februari dan Maret 2020, iuran bagi peserta PBPU dan BP yakni sebesar:
- Rp 42.000,00 per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III B. Rp 100.000,00 per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas IIC. Rp 160.000,00 per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas I
Untuk April, Mei, dan Juni 2020, iuran bagi peserta PBPU dan BP sebesar:
- Rp 25.500,00 per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III B. Rp 51.000,00 per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas IIC. Rp 80.000,00 per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas I
“Dalam hal Iuran yang telah dibayarkan oleh Peserta PBPU dan Peserta BP melebihi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dan ayat (8), BPJS Kesehatan memperhitungkan kelebihan pembayaran Iuran dengan pembayaran Iuran bulan berikutnya,” demikian tulis Pasal 34 ayat 9.
Sumber : Merdeka