Nasib 4 Anak Di Kota Serang Yang Ibunya Meninggal Pasca Alami Kelaparan,2 Hari Hanya Minum Air Galon
BIMATA.ID, Jakarta- Kabar Yuli (42) warga Kota Serang yang meninggal dunia setelah sempat mengalami kelaparan dua hari, menjadi perbincangan nasional.
Kehebohan lantaran Yuli dan empat anaknya hanya bertahan hidup selama dua hari dengan meminum air galon di saat pandemi Corona atau Covid-19 melanda dunia.
Bagaimana nasib empat anak Yuli yang hampir semua masih kecil tersebut? Satu diantaranya masih berusia 7 bulan.
Yuli, ibu empat anak asal Kota Serang tersebut menghembuskan nafas terakhir pada Senin (20/4/2020) sore.
Beberapa hari sebelumnya, ia dan anak-anaknya tak bisa makan sedikit pun karena kesulitan ekonomi.
Berita kelaparannya sempat viral dan Yuli beserta keluarga sempat mendapat bantuan dari pemerintah dan masyarakat.
Sayang, Yuli malah berpulang ke Sang Khalik secara mendadak.
Camat Serang, TB Yassin mengakui Yuli, dan keluarganya belum terdaftar sebagai pihak penerima bantuan warga terdampak Covid-19.
Dikutip dari YouTube Official iNews, Yassin menceritakan bagaimana nasib keempat anaknya kini, dimana salah satunya masih belum genap berumur satu tahun.
Yassin mengatakan kini anak-anak Yuli diurus oleh kakek, dan neneknya.
“Sementara anak sama neneknya, kakeknya, karena nenek, dan kakeknya tidak jauh dari rumah tinggal Ibu Yuli,” papar TB Yassin.
Kecamatan Serang, juga terus mengirimkan bantuan untuk keluarga Yuli.
“Kita berupaya terus melakukan bantuan kepada pihak keluarga,” ujarnya.
Janjikan Pekerjaan Baru
TB Yassin juga berencana memberikan Kholid, suami Yuli pekerjaan baru.
Terlebih pekerjaan Kholid sebagai pemulung, tak bisa lagi diharapkan sebagai sumber penghasilan di tengah pandemi Covid-19.
“Akan kami arahkan pekerjaan sesuai dengan profesinya,” kata TB Yassin.
“Kalau Pak Kholid ini profesinya sebagai buruh harian lepas, nanti dinas tenaga kerja akan memberikan arahan atau memfasilitasi kepada Saudara Kholid untuk pekerjaan sesuai dengan profesinya,” sambung TB Yasin.
Yassin berharap dengan adanya pekerjaan baru, nasib empat anak almarhumah Yuli dapat terjamin.
“Sehingga ke depan, empat anak yang ditinggalkan almarhumah ini mudah-mudahan bisa terpenuhi dengan profesi pekerjaan suaminya Ibu Yuli,” terangnya.
Belum Terdaftar Penerima Bantuan
Yassin mengakui bahwa keluarga Yuli belum terdaftar sebagai warga terdampak Covid-19 yang berhak menerima bantuan.
“Betul jadi dari awal belum terdaftar oleh pihak kelurahan,” katanya.
Yassin lalu menjelaskan alur pendataan warga terdampak Covid-19, mulai dari jenjang, RT, RW, kelurahan, hingga baru ke kecamatan.
Berkaca dari hal tersebut, Yassin mengatakan kini pendataan masih dilakukan.
“Kalau pendataan sedang kita lakukan, dan ini sudah masuk ke dinas sosial,” kata Yassin.
“Dengan adanya dampak Covid-19 ini anjuran Pemerintah Kota Serang ini agar RT, dan RW, Lurah, dan Camat mendata kepada warga masyarakat yang terdampak Covid Corona,” tegasnya.
Bantah Kelaparan
Camat Serang, TB Yasin juga membantah, Yuli meninggal karena kelaparan.
Yasin juga membantah jika Yuli disebut tak mendapat bantuan dari pemerintah.
Menurutnya, manusia bisa bertahan selama dua sampai tiga hari tanpa makan.
“Kalau dari dampak makan tidak mungkin, karena manusia bisa bertahan 2-3 hari.”
“Seandainya Bu Yuli tidak makan 2-3 hari, kelihatannya lemas,” ujar Yasin, dikutip dari YouTube Kompas TV, Selasa (21/4/2020).
Ia mengatakan, jajaran Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Serang, sudah memberi sedikit bantuan kepada Yuli sebelumnya.
“Sedangkan hari Sabtu (18/4/2020) pun, jajaran Muspika sudah datang menengok, sudah memberikan bantuan ala kadarnya, dan itu sudah bisa dimasak,” terangnya.
Curhat 2 Hari Tak Makan
Sebelumnya, Yuli telah bercerita tentang bagaimana kehidupannya, dan keluarganya di tengah pandemi Covid-19.
Bergantung dari penghasilan suami yang berprofesi sebagai pemulung, Yuli, dan keluarganya bahkan sempat tidak makan selama dua hari.
Saking laparnya Ia mengakui hanya makan apa yang bisa dimakan.
Yuli bercerita mengapa dirinya bisa tak makan hingga dua hari.
Ia bercerita bagaimana sebelum pandemi Covid-19 menyerang, suaminya yang bekerja sebagai pemulung dapat mengumpulkan hingga Rp 50 ribu sehari.
Begitupula dengan anaknya yang pertama.
Ibu empat anak tersebut mengatakan setelah pandemi Covid-19 menyebar, suaminya hanya bisa mendapatkan Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu dalam sehari.
Karena kondisi Covid-19, Yuli becerita suaminya kini sulit menjual rongsokan.
“Sekarang ini mau jual rongsok juga sulit karena lapak-lapak semua sudah pada tutup,” kata Yuli.
Yuli menceritakan dengan jumlah uang Rp 25 ribu, dirinya hanya membeli apapun yang bisa dibeli, seperti mie instan, dan makan apa saja yang bisa diperoleh.
“Kadang-kadang mie instan, kalau pengin makan nasi ya pakai beras tapi makan apa saja yang ada,” kata dia.
“Istilahnya ada garam, ya garam,” lanjutnya.
Dengan dana yang sangat terbatas, Yuli berusaha mencukupi kebutuhan mereka agar keluarganya tetap dapat makan.
Di tengah kondisinya yang serba kesulitan, Yuli masih peduli dengan kondisi di sekitarnya.
Ia menyadari banyak orang yang memiliki nasib serupa dengannya.
Maka dari itu ia memutuskan untuk tidak menunjukkan kesulitannya kepada orang-orang di sekitarnya.
“Bukan kita saja, orang lain juga banyak,” kata Yuli.
“Saya tidak mau orang tahu,” tambahnya.
Yuli bercerita anak-anaknya hanya bisa menangis menahan rasa lapar ketika tidak ada makanan yang tersedia.
Anaknya yang masih berusia tujuh bulan bahkan jatuh sakit, dan harus dilarikan ke Puskesmas.
“Nangis saja, kebetulan sekarang lagi sakit, barusan kemarin ke puskesmas,” kata Yuli.
Kemudian Yuli mulai menangis saat menceritakan dirinya kini telah mendapat banyak bantuan dari para dermawan.
Seusai kondisi kehidupan dirinya menjadi viral, kini ia telah banyak mendapat bantuan dari masyarakat.
Mulai dari beras, telur, mie instan, minyak goreng, hingga kecap.
“Alhamdulillah banyak yang membantu, saya sama keluarga sudah makan,” kata Yuli.
Saat ditanyakan soal harapannya apa, ia ingin orang-orang yang memiliki nasib serupa dengannya mendapat bantuan.
“Masih banyak keluarga yang tidak punya, apalagi dalam keadaan begini (pandemi Covid-19),” tutur Yuli.
Yuli bercerita para dermawan juga memberikan uang tunai kepadanya untuk keperluan anak terakhirnya yang umurnya belum menginjak satu tahun.
Terakhir Yuli berharap apabila ada bantuan lagi, ia ingin bantuan dialokasikan untuk keperluan anak-anaknya dalam menempuh pendidikan di bangku sekolah.
Editor : FID