BeritaNasionalPendidikan

Kakak Soe Hok Gie, Sosiolog Dr Arief Budiman Meninggal Dunia

BIMATA.ID, Salatiga – Dr Arief Budiman seorang aktivis politik, intelektual publik, penulis, dan sosiolog meninggal dunia di rumah sakit dekat kediamannya di Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah (Jateng), Kamis (23/4/2020).

Arief telah lama menghadapi sakit parkinson selama lebih dari sepuluh tahun terakhir dan kembali ke Indonesia setelah pensiun mengajar sebagai profesor yang memimpin program Indonesia di Universitas Melbourne sejak 1997.

Arief yang punya nama Tionghoa Soe Hok Djin merupakan kakak dari seorang aktivis Soe Hok Gie, mungkin paling dikenal di antara kiprahnya yang lain, berkat menyerukan Golongan Putih (Golput) bersama intelektual dan pemikir liberal yang menolak Pemilu 1971. Pemilihan umum ini pertama kali digelar oleh Pemerintahan Orde Baru (Orba).

Saat menjadi mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Arief ikut menandatangani Manifesto Kebudayaan pada tahun 1963, yang menentang kegiatan Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) karena dianggap memasung kreatifitas seniman.

Pada tahun 1964, Arief menerima tawaran studi ke Belgia selama satu semester. Sepulang ke Indonesia, Arief terlibat dalam demonstrasi mahasiswa yang berperan menjatuhkan Presiden Soekarno. Pada tahun 1968, Arief lulus dari UI dengan mengkaji psikologi penyair modern Indonesia, Chairil Anwar, kelak dibukukan dengan judul Chairil Anwar: Sebuah Pertemuan (1976). Pada tahun 1970, Arief memimpin gerakan anti korupsi, melihat Pemerintahan Soeharto tumbuh menjadi negara otoriter, mengeruk keuntungan pribadi, dan mengabaikan nilai-nilai demokrasi.

Setelah lulus PhD dalam bidang sosiologi dari Universitas Harvard, Arief mengajar di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Kota Salatiga. Di masa ini, Arief sangat aktif dalam kajian sosial dan kebudayaan, melahirkan banyak murid yang kritis atas masalah pembangunan di era Soeharto. Kampus ini juga menjadi episentrum gerakan rakyat dan mahasiswa menolak Waduk Kedungombo di Jawa Tengah.

Arief bersama para dosen yang kritis, yaitu George Junus Aditjondro dan Ariel Heryanto, memprotes penunjukan rektor UKSW yang proses pemilihannya cacat pada tahun 1994. Imbasnya, kampus melarang Arief mengajar dan Arief pun pindah ke Australia untuk mengajar di Universitas Melbourne pada tahun 1997.

Tulisan-tulisan Arief tersebar di berbagai media massa, diantaranya Kompas, Sinar Harapan, dan Indonesia Raya. Arief juga pernah menjadi editor Horison, jurnal sastra yang dibidani oleh Mochtar Lubis.

Adapun buku-buku Arief selain mengenai Chairil Anwar, yaitu Pembagian Kerja Secara Seksual (1981), Jalan Demokratis ke Sosialisme: Pengalaman Chili di bawah Allende (1987), berbasis disertasinya; Sistem Perekonomian Pancasila dan Ilmu Sosial di Indonesia (1990), dan Indonesia: The Uncertain Transition (co-editor dengan Damien Kingsbury, 2001).

Sumber: Tirto[dot]id
[MBN]

Tags

Tulisan terkait

Bimata
Close