Bimata

Formula Pentahelix dan Spirit Masyarakat Lawan Corona

Oleh Fary Francis (Dewan Pembina Yayasan Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia ( BaKTI) ) 

Kasus pandemi COVID-19 terus mewabah dan bertambah. Jumlah kasus positif virus corona di Indonesia per Senin (30/3/2020) tercatat sebanyak 1.414 kasus. Bertambah 129 pasien yang dinyatakan positif virus corona dalam 24 jam terakhir. Dari total tersebut, sebanyak 75 orang berhasil sembuh. Sedangkan jumlah korban meninggal sebanyak 122 orang, bertambah 8 orang dari hari sebelumnya.

Pentahelix
Konsep baru pencegahan dan penanganan Covid-19 dikemukakan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) Doni Monardo sebagai Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid–19. 

Ia menyebutnya sebagai formula pentahelix, yakni pendekatan yang memprioritaskan penggunaan konteks lokal, kearifan lokal,  sumber daya lokal sesuai dengan jiwa gotong royong dalam mencegah dan mengatasi bencana, termasuk corona virus yang mewabah saat ini. 

Dalam konteks ini, lima jalinan (pentahelix) komponen harus bekerja sama, bekerja bersama-sama, saling mendukung dan melengkapi, yakni pemerintah, dunia usaha, komunitas masyarakat, akademisi dan media. Bencana apapun termasuk Covid-19 harus dihadapi dalam konteks pentahelix ini. 

Dalam semangat pentahelix, kekuatan untuk melawan corona virus itu juga datang dari dalam diri masyarakat sendiri. Masyarakat lokal mempunyai kearifan-kearifan lokal. Mereka memiliki sumber daya dan spirit lokal. Ini yang mesti diberdayakan. Kesadaran masyarakat mesti diberdayakan karena sejatinya mereka mempunyai kesadaran. 

Corona virus yang terus mewabah di Indonesia ini, bukan hanya urusan Pemerintah. Bukan juga garapan akademisi maupun kepentingan media semata. Dari aspek regulasi dan kebijakan, itu memang domain pemerintah. Tetapi pada tataran implementasi dan aktualisasi, itu sudah masuk domain masyarakat dengan berbagai karakternya.

Dengan konteks Indonesia sebagai negara kepulauan, mengkondisikan berbagai aspirasi yang beragam itu tentu membutuhkan energi dan bisa memecah fokus. Maka sesuai pendekatan pentahelix, pola yang bisa dilakukan adalah middle up-down. Pada titik ini, baik pemerintah maupun masyarakat lokal bertemu dalam ruang pemberdayaan. 

Pemerintah tidak menggurui masyarakat, sebaliknya masyarakat tidak banyak menuntut pemerintah. Ruang pemberdayaan memungkinkan lahirnya kesadaran bersama tentang peran masing-masing pihak. Pemerintah lakukan tugasnya dan masyarakat juga berbagi perannya. Hanya dengan cara ini, bencana apapun termasuk coronavirus bisa disikapi, dicegah penularannya dan diobati yang terpapar.

Pentahelix sebagai persinggungan kesadaran bersama pemerintah dan masyarakat memungkinkan terlaksananya tekad ini, melindungi warga yang masih sehat agar tidak tertular penyakit dan semaksimal mungkin menyembuhkan yang telah sakit. 

Pendekatan berbasis komunitas ini penting untuk menggempur corona dari berbagai sisi. Sekaligus memberikan kejelasan rantai koordinasi dan kendali dalam gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 yang sudah dibentuk hingga di daerah.

Pendekatan yang baik ini jangan hanya indah kabar dari rupa. Harus di-break down dan difasilitasi secara sungguh-sungguh di komunitas-komunitas masyarakat. Hindari jebakan pemberdayaan masyarakat, yang mana Pemerintah selalu merasa diri paling tahu, paling benar, paling berkuasa lalu mengabaikan kekuatan komunitas lokal, kekuatan kearifan lokal dan sumber daya lokal yang dimiliki masyarakat. Dorongan kuat pemerintah dan respon kuat masyarakat memungkinkan efektifnya pencegahan dan penanganan virus corona di tengah masyarakat.

Vaksin Kesadaran
Pandemi Covid-19 yang menimbulkan banyak korban jiwa di seluruh dunia ini, mendorong para peneliti dan ahli kesehatan di berbagai negara melakukan riset medis untuk menemukan vaksin anti Covid-19. Seolah-olah berkejaran dengan virus corona yang terus menyebar ke mana-mana. Semua tentu butuh proses. Namun, satu hal yang pasti corona bisa dilawan dengan imunitas tubuh yang baik, menjaga pola hidup bersih, mengikuti berbagai protokol WHO dan melalui hal yang semua orang miliki, yang bisa jadi vaksin terbaik saat ini, yakni kesadaran.

Setiap orang memiliki kemampuan kesadaran (awareness) ini.
Persoalannya ada yang memanfaatkan akal ini dengan baik, tetapi ada juga yang menyia-nyiakannya dengan melakukan hal-hal kontra produktif. Karena itu, upaya konsientisasi (penyadaran) harus terus dilakukan agar orang benar-benar sadar tentang bahaya corona dan apa yang harus dilakukan agar tidak tertular atau terpapar corona.

Setiap orang mempunyai vaksin anti corona yang namanya vaksin kesadaran. Kita sadar bahwa upaya pemerintah untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran virus tidak akan efektif tanpa dukungan masyarakat. Berbagai himbauan seperti belajar, bekerja, dan beribadah di rumah tidak sepenuhnya dijalankan jika kesadaran warga tidak tercipta. 

Kebijakan untuk isolasi diri dengan harus tinggal di rumah, tidak pergi bekerja dan ke ruang publik, menjaga jarak (social distancing), mesti menggunakan masker, mengukur suhu tubuh secara berkala, menerapkan pola hidup bersih dan sehat, serta berjemur di bawah sinar matahari di ruang terbuka, bisa jadi hanya himbauan belaka tanpa membuat orang merasa terdorong untuk mengikutinya justru karena bermasalah dengan aspek kognitif kesadaran,

Karena itu, berbagai bentuk penyadaran mesti terus digalakkan. 
Corona tidak akan menyebar ke mana-mana kalau kita taat pada arahan dan himbauan pemerintah maupun protokol WHO. Masyarakat mesti sadar dan mengambil peran dalam upaya pencegahan penyebaran virus ini dan secara sadar, secara bertanggung jawab menjadi pelaku pencegahan. Penting bagi masyarakat mengetahui cara pencegahannya. Bila dilakukan secara masif, proses penularan akan berhenti.

Spirit Masyarakat
Menyikapi pandemi Covid-19, di berbagai tempat lahir praktik cerdas dari komunitas-komunitas masyarakat lokal. Salah satu inisiatif dilakukan oleh warga di Kampung Ngampel di tiga wilayah Rukun Tetangga (RT) di Harjobinangun, Pakem Sleman, Yogyakarta. Tiga RT yakni RT 04, RT 05, dan RT 06 yang masuk dalam Rukun Warga (RW) 06 menutup sebagian akses jalan yang biasa dipakai untuk lalu lintas warga setempat dan menerapkan akses satu pintu untuk lalu lintas warga. Kebijakan itu mulai diterapkan pada Jumat (27/3/2020) malam setelah diadakan pertemuan antar warga kampung. 

Di jalur pintu masuk, tersedia desinfektan dan posko untuk warga di luar kampung yang hendak bertamu. Warga yang melintas disemprot desinfektan serta mengisi buku tamu. Jika ada masyarakat dari luar kampung yang hendak bertamu atau mengunjungi kerabat, mereka mesti membawa surat keterangan sehat dari puskesmas. 

Jika tidak, warga pendatang diminta melakukan karantina secara mandiri selama 14 hari. Untuk warga yang memiliki kerabat di luar wilayah dan di luar provinsi, masing-masing menghubungi kerabatnya itu untuk tidak pulang kampung atau mudik terlebih dahulu.

Partisipasi cerdas lainnya sudah dilakukan oleh warga Grand Wisata Tambun Bekasi Jawa Barat. Mereka proaktif membentuk gugus tugas penanggulangan kasus covid-19. Awal dibentuknya gugus ini berawal dari satu orang warga yang positif mengidap covid-19 yang akhirnya dirawat di rumah sakit. Warga pun kemudian berinisiatif menemukan dan mendata warga yang sempat kontak dengan pasien. Selain mendata tim gugus tugas juga memastikan ODP tidak keluar rumah sama sekali.

Mereka lakukan pemantauan ODP mandiri di bawah komando RW. Selama pemantauan tim gugus tugas memastikan pasokan makanan untuk para orang dalam pemantauan (ODP). Hal ini membuat ODP merasa terlindungi dan nyaman. Sekaligus membuat warga lain merasa aman. Warga juga berinisiatif membuat masker. Selain itu, mereka juga membuat desinfeksi lingkungan secara mandiri dua kali sehari.

Apa yang dilakukan komunitas-komunitas masyarakat di atas adalah contoh idealnya spirit masyarakat membangun ketahanan sosial melawan covid-19. Semua tentu berawal dari kesadaran dan berasal dari pengetahuan mereka tentang corona. 

Proses pemberdayaan berjalan. Pemerintah semestinya mengembangkan praktik-praktik cerdas ini di tempat lain dan memfasilitasi hal serupa agar terbangun kesadaran bersama masyarakat. Jangan pula dibiarkan masyarakat berjalan sendiri.

Exit mobile version