Bimata

Politik Uang Berpotensi Melahirkan Pemimpin Mental Korup

BIMATA.ID, JAKARTA — Direktur Eksekutif Nurjaman Center Indonesia Demokrasi (NCID) Jajat Nurjaman mengatakan, salah satu momok menakutkan dalam pelaksanaan demokrasi kita adalah politik uang sehingga menjadi salah satu penyebab biaya baik pemilu-pilpres maupun pilkada terasa mahal. 

Pasalnya, selain menurunkan kualitas dari demokrasi itu sendiri, tindakan-tindakan seperti telah mencoreng demokrasi kita dan menjadi pemicu lahirnya seorang pemimpin yang bersifat koruptif.

“Memakai cara instan untuk mendapatkan dukungan melalui politik uang tanpa disadari adalah kekeliruan yang terus berulang, hal ini terlihat di beberapa daerah yang nyatanya telah mengeluarkan  banyak uang tapi terbukti tidak efektif, padahal inti dari sebuah kampanye adalah bagaimana membangun sinergi di dalam manajemen tim kampanye agar berbagai program yang dicanangkan bisa diterima masyarakat”, tutur Jajat Jumat 13 Maret 2020

Jajat menilai, sulit untuk menentukan siapa yang salah apakah kandidatnya, atau memang ada tuntutan dari para pemilihnya sehingga memaksa harus demikian. Pasalnya, politik uang seolah sudah menjadi budaya baru dalam setiap ajang kompetisi demokrasi dan jika dibiarkan terus terjadi yang lebih mengkhawatirkan adalah akan mempengaruhi tingkat kesadaran masyarakat dalam menentukan pilihannya sehingga berpotensi tingginya angka golput.

“Diperlukan sebuah terobosan melalui cara-cara kampanye kreatif dalam rangka menarik simpati masyarakat, untuk itu pentingnya sebuah kerjasama tim pemenangan, saya kira meskipun sulit namun secara perlahan budaya politik uang ini hanya bisa perlahan dikikis dengan cara-cara kampanye yang lebih mendidik sehingga budaya kuno politik uang ini bisa ditinggalkan”, tutup Jajat.

Exit mobile version