Bimata

Peningkatan Tren Realisasi Investasi Properti

BIMATA.ID, JAKARTA- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan bahwa dalam rentang lima tahun terakhir, tren realisasi investasi properti meningkat.

Di sisi lain, BKPM kini menjemput bola dan memperkuat koordinasi dengan para pengembang properti. Komite Investasi BKPM Rizal Calvary Marimbo mengatakan, investasi properti memang sempat menurun tahun 2019. Hal disebabkan investor masih melakukan wait and see di tahun politik.

“Namun penurunannya tidak signifikan, sekitar 2,74%. Sebab ada pesta demokrasi. Mungkin investor melihat politik kita sudah stabil,” ujar dia,

Dia mengatakan, realisasi investasi properti tercatat di BKPM meliputi perumahan, kawasan industri, dan perkantoran. Pada 2018 tercatat sebesar Rp 73, 1 triliun. Sedangkan investasi pada 2019 turun sebesar 2,74% menjadi Rp 71,1 triliun.

“Meski demikian ada berita gembira, dari sisi proyek proyek justru pada 2019 mengalami kenaikkan signifikan dari 1.502 proyek menjadi 3.036. Tandanya, animo pelaku usaha tidak menurun justru meningkat pada 2019. Proyek ditambah dua kali lipat. Maka pada 2019, dia cuma setop dulu bangun proyeknya. Proyeknya sudah ada. Maka tahun berikut setelah pemilu pengusaha tancap gas,” ucap Rizal.

Yang menarik, tambah dia, penurunan pada 2019 hanya terjadi pada penanaman modal asing (PMA). Sedangkan penanaman modal dalam negeri (PMDN) justru naik signifikan sebesar 79,8 %. “Artinya investor dalam negeri kapasitasnya besar dan sangat mempercayai pemerintahannya sendiri. Ini modal sosial yang bagus ke depan,” paparnya.

Rizal mengatakan, optimisme ini juga terlihat dari tren pertumbuhan dalam lima tahun terakhir. Sepanjang 2014 hingga 2019, investasi properti tumbuh sebesar 176%. Saat ini, pertumbuhan investasi properti Indonesia teratas di ASEAN disusul Vietnam. Sebab itu, BKPM optimistis investasi properti akan mekar dan menanjak lagi ke depan. Apalagi pemerintah melakukan terobosan Inpres No 7/2019 tentang sentralisasi dan pelimpahan wewenang perizinan ke BKPM.

“Dulu, izin sangat lambat. Sebab izin-izin sektoral, investor berpetualang atau melalui berbagai kementerian. Investor sendirian. Sekarang dengan Inpres itu masuknya di BKPM keluar juga di BKPM,” tutur Rizal.

Bahkan, tambahnya, di bawah Kepala BKPM baru, saat ini perizinan sudah bisa dipantau melalui Dashboard Command Center BKPM. Kalau ada yang memperlambat atau main-main soal perizinan, Kepala BKPM bisa tahu.

“Seperti kirim barang saja, bisa dipantau dan batas waktunya kepastiannya izin ada atau tidak. Investor tidak boleh lagi di ambangkan bertahun-tahun,” ucap Rizal. Rizal juga mengatakan, saat ini pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan pengembang-pengembang besar seperti Lippo Group, Agung Podomoro, MNC Group, dan Pakuwon untuk mendorong realisasi investasi properti.”Kita jemput bola.

Kita tanyakan apa kendala mereka. Kita selesaikan masalah mereka. Ada masalah lahan, izin, regulasi, rekomendasi, masalah keamanan dan sebagainya. Mereka happy semua. Investor jangan ditakut-takuti. Nanti tidak bertelur. Kita sudah MoU dengan Kapolri dan Kejagung. Kalau ada yang ganggu-ganggu, please lapor kita saja. Kepala BKPM simpel saja orangnya, take action,” papar.

Sementara itu, pengamat bisnis properti Panangian Simanungkalit mengatakan, untuk mendorong sektor properti penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) harus diikuti oleh penurunan tingkat bunga kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit konstruksi.

“Hal itu agar penurunan bunga acuan bermanfaat secara efektif untuk mendorong permintaan pasar,” ujar dia, kepada Investor Daily, saat dihubungi dari Jakarta, baru-baru ini.

Sebagaimana diberitakan, Kamis (19/3), BI mengambil kebijakan moneter penting. Suku bunga acuan, BI 7-Days Reverse Repo Rate dipangkas 25 basis point menjadi 4,5%. Sementara itu, deposit facility turun 25 bps menjadi 3,75% dan suku bunga lending facility turun 25 bps menjadi 5,25%. Dalam pandangan Panangian, untuk semester II-2020, BI masih perlu menurunkan lagi suku bunga acuan secara gradual menjadi 4%. Karena Bank Sentral Amerika Serikat pun sudah lebih dulu menurunkan suku bunga acuan nya dari 1,5-1,75% menjadi 0-0,25 %. Untuk menghindari ekonomi Amerika dari resesi.

“Dan penurunan inipun telah diikuti oleh hampir semua bank sentral di dunia,” ujar dia.

Menurut dia, dengan menurunnya suku bunga acuan secara perlahan tapi pasti menuju 4% pada tahun ini, akan memastikan penurunan bunga KPR dan kredit konstruksi secara signifikan tahun ini. “Dengan begitu, tidak ada lagi halangan bagi pemulihan sektor properti di Indonesia pada 2020, meskipun saat ini dunia dihantui oleh ketidakpastian akibat wabah Covid-19,” paparnya.

 

Sumber :investor[dot]id
Editor :ZBP

Exit mobile version