Bimata

Kurangi Jalan-jalan, Saatnya Menabung dan Beli Hunian

BIMATA.ID, Ekbis- Hampir semua sektor perekonomian terkena dampak dari wabah virus Corona (COVID-19) yang paling terasa di sektor pariwisata. Banyak yang merencanakan untuk jalan-jalan justru harus tertunda bahkan batal. Sekarang waktu yang tepat untuk mengalihkan uang jalan-jalan dengan beli hunian.

Penyebaran virus Corona (COVID-19) yang telah terdeteksi di seluruh dunia termasuk di Indonesia dimana saat ini sudah ada 6 orang tercatat positif COVID-19, diprediksi bakal mempengaruhi perekonomian sampai investasi di tanah air. Industri yang paling banyak merasakan dampak virus Corona adalah pariwisata karena wisatawan banyak membatalkan rencana kunjungannya agar tidak terpapar virus Corona.

Pemerintah Indonesia sendiri telah mengeluarkan kebijakan untuk mendorong perekonomian tetap tumbuh di tengah penyebaran virus corona melalui berbagai stimulus. Kebijakan tersebut berupa insentif kepada beberapa sektor yang terdampak langsung virus corona seperti pariwisata dan juga ke sektor pendorong konsumsi masyarakat seperti kartu sembako hingga properti dengan memberikan subsidi selisih bunga dan bantuan uang muka.

Ike Hamdan, Head of Marketing Rumah.com menyatakan pemerintah telah menyepakati beberapa stimulus ekonomi dimana di sektor perumahan dimana pemerintah telah menganggarkan Rp 1,5 triliun untuk subsidi terkait kepemilikan rumah dalam APBN 2020. Subsidi ini akan direalisasikan pada April mendatang dengan alokasi Rp800 miliar untuk subsidi selisih bunga (SSB) dan R700 miliar untuk subsidi bantuan uang muka (SBUM).

“Konsumen yang menerima subsidi selisih bunga hanya akan menanggung bunga 5 persen selama 10 tahun. Sementara subsidi uang muka, akan membuat konsumen lebih ringan ketika membayar uang muka pembelian rumah. Kebijakan subsisi tersebut diharapkan dapat berdampak positif terhadap sektor properti, termasuk membuka peluang bagi generasi milenial yang akan membeli rumah,” jelas Ike.

Hal ini juga sejalan dengan hasil survei Rumah.com Consumer Sentiment Study H1 2020 dimana menunjukkan bahwa 54% dari generasi milenial saat ini belum memiliki properti, dan 29% dari generasi milenial masih hidup dengan orangtua.
Rumah.com Consumer Sentiment Study ini adalah survei berkala yang diselenggarakan dua kali dalam setahun oleh Rumah.com bekerjasama dengan lembaga riset Intuit Research, Singapura. Hasil survei kali ini diperoleh berdasarkan 1000 responden dari seluruh Indonesia yang dilakukan pada bulan Juli hingga Desember 2019. Survei ini dilakukan oleh Rumah.com sebagai portal properti terdepan di Indonesia untuk mengetahui dinamika yang terjadi di pasar properti di tanah air.

Berdasarkan hasil survei Rumah.com Consumer Sentiment Study H1 2020, generasi milenial berharap bisa membeli rumah di wilayah DKI Jakarta atau Tangerang. Dengan budget sebagian besar 79% di angka maksimal Rp790 juta, realitanya akan sulit bagi mereka untuk bisa membeli rumah di DKI Jakarta yang harganya mulai dari Rp800 juta. Padahal sebagian besar (40%) mereka berharap akan membeli rumah dalam 1-2 tahun ke depan.
Sebanyak 75% dari generasi milenial memiliki persepsi bahwa bunga bank tinggi walaupun kenyataannya bunga bank tidak naik dalam 1 tahun terakhir bahkan cenderung turun. Hal lain yang juga menarik adalah 29% generasi milenial cenderung memilih bank syariah dengan alasan beralasan karena bunga bank konvensional terlalu tinggi. Kenyataannya, KPR syariah secara efektif dapat membuat biaya menjadi lebih tinggi.

Ike menambahkan adanya anggapan dari generasi milenial bahwa bunga bank tinggi memang masih menjadi kendala bagi para first time buyer yang ingin membeli rumah. Adanya stimulus perumahan dari pemerintah yang akan segera dikucurkan berupa subsidi selisih bunga (SSB) dan subsidi bantuan uang muka (SBUM) diharapkan bisa memacu calon pembeli rumah khususnya generasi milenial untuk segera melakukan transaksi pembelian rumah.

“Selagi musim virus corona seperti sekarang ini yang membuat banyak wisatawan mengurungkan perjalanannya, generasi milenial yang biasanya suka jalan-jalan traveling ke berbagai tempat di Indonesia maupun penjuru dunia, bisa memanfaatkan anggaran traveling-nya tersebut dialihkan untuk membeli rumah. Apalagi secara keseluruhan, pasar properti di tahun 2020 akan terus menjadi buyers’ market atau saat yang tepat bagi konsumen untuk membeli properti,” jelas Ike.

Hal ini juga didukung dengan kebijakan Bank Indonesia terbaru yang berpotensi memiliki dampak pada pasar properti nasional, Bank Indonesia kembali melakukan penurunan BI 7-day (Reverse) Repo Rate menjadi 4.75% pada 20 Februari 2020 dari sebelumnya 5% pada 24 Oktober 2019. Namun, penurunan BI7DRR ini masih membutuhkan dukungan lebih lanjut dari pemerintah karena tidak semua bank telah mematuhi kebijakan dan menurunkan suku bunga mereka.

Ike menegaskan bahwa kebijakan ini akan memiliki dampak yang lebih signifikan jika pemerintah dapat menerapkan mekanisme yang dapat memastikan secara lebih ketat bahwa BI 7-day (Reverse) Repo Rate dipatuhi dan dilaksanakan oleh perbankan di Indonesia. Selain itu upaya pemerintah memberikan stimulus pertumbuhan ekonomi melalui sektor perumahan dipercaya tidak hanya mendongkrak sektor properti tetapi sektor industri lainnya karena akan memiliki dampak turunan terhadap lebih dari 150 industri terkait.

Oleh karena itu para pencari properti khususnya generasi milenial perlu mendapatkan informasi yang tepat dan terbaru tentang sebelum memutuskan membeli hunian yang diinginkan. Ini juga sejalan dengan Rumah.com Consumer Sentiment Study H1 2020, dimana 77% responden mulai menganggap bahwa sumber informasi yang utama adalah portal properti dan 91% diantaranya memanfaatkannya untuk mencari informasi harga.

Mengacu pada PropertyGuru Consumer Sentiment Study H1 2020, di kawasan Asia Tenggara, angka 77% responden tersebut merupakan tertinggi kedua setelah Singapura (84%) namun lebih tinggi daripada Malaysia (76%) dan Thailand (61%). Ini menunjukkan bahwa pencari properti di Indonesia sudah lebih percaya diri untuk mendapatkan informasinya melalui portal properti.

Sementara itu responden dari Indonesia paling sedikit kepemilikan propertinya di kawasan Asia Tenggara (54%) dan merupakan responden paling banyak yang masih tinggal dengan orang tua mereka (23%). Namun, responden Indonesia justru menunjukkan intensi paling tinggi dalam rencana pembelian properti (89%).

Ike menyimpulkan bahwa responden Indonesia sangat potensial dan antusias untuk membeli properti. Mereka harus memanfaatkan keberadaan portal properti sebaik-baiknya, bukan hanya untuk informasi harga tetapi berbagai informasi lain yang dapat membantu keputusan membeli properti. Pengetahuan informasi yang didapatkan dapat mengurangi kesenjangan antara realita dan ekspektasi, sehingga pencari rumah dapat membuat keputusan yang terbaik.

“Harus diakui konsumen properti yang smart dan savvy inilah yang dapat membantu mendorong ekonomi di tengah ancaman resesi global. Dengan kemampuan finansial yang dimiliki didukung berbagai kebijakan kemudahan dari pemerintah, mereka bisa mulai memiliki rumah. Berbagai fasilitas KPR dan pilihan hunian juga bisa dimanfaatkan mereka,” pungkas Ike.

 

Sumber :rumah[dot]com
Edito :ZBP

Exit mobile version