Jalan Terjal Indonesia Untuk Hijrah Ke Energi Baru Terbarukan (EBT)
BIMATA.ID, JAKARTA- Pemerintah berencana mengganti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) yang sudah tua dengan Energi Baru Terbarukan (EBT).
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana menerangkan, sebelum melakukan konversi ada satu tahapan terlebih dahulu yang bernama technical audit atau audit teknis.
Masing-masing pembangkit akan dicek kondisi mesinnya, penggunaan bahan bakar minyak (BBM) nya, serta kondisi outputnya. “Ukuran efisiensi itu yang sekarang sedang dilakukan karena jumlahnya lumayan gede dan tersebar di pojok-pojok kan nggak bisa random harus one by one, butuh waktu,” ungkapnya di Kementerian ESDM.
Pergantian pembangkit ke EBT juga harus melihat potensi masing-masing wilayah. Misalnya di suatu wilayah potensinya pembangkit EBT nya matahari, namun tetap harus dipastikan potensinya cukup sampai jangka panjang.
Hal ini dikarenakan konsumsi listrik dipastikan akan terus tumbuh seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk. “Orang kan tumbuh, 10 Megawatt misal, tapi sepuluh tahun ke depan berapa, kan nggak stagnan listrik pasti naik terus apalagi yang datang industri dan segala macam harus diukur sekarang, karena long term program. 5 tahun itu paling cepat, makanya Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 10 tahun,” imbuhnya.
Kajian ini dirinya sebut sudah dimulai sejak bulan Januari, dan hasilnya akan kembali ditagih pada semester ini. Dirinya berharap kajian konversi pembangkit tua ke EBT akan selesai tahun ini.
“Ya mudah-mudahan (tahun ini selesai) karena ini termasuk quick program ya dari pak menteri (ESDM). Paling nggak data tersedia, yang penting what nextnya, ” terangnya.
Rida menyebut umur pembangkit ada yang 35 tahun hingga 39 tahun, setelah diaudit dan dianggap tidak efisien masih akan dipertimbangkan lagi perlu diganti atau tidak. Dalam mengkonversi pembangkit dirinya sebut yang utama adalah jangan sampai mengorbankan pelayanan masyarakat.
“Saya bilang ke PLN gini, efisiensi is a must tapi reliability nomor satu. Nggak mungkin demi efisiensi korbankan reliability. Karena kita pelayan jasa,” jelasnya.
Sumber :cnbcindonesia[dot]com
Editor :ZBP