Bimata

Harga Batu Bara Masih Relatif Stabil

BIMATA.ID, Jakarta- Harga batu bara dunia sebenarnya merupakan komoditas yang harganya relatif lebih stabil dibanding harga komoditas lain di tengah merebaknya wabah virus corona (COVID-19) secara global.

Pada perdagangan Kamis kemarin (19/3/2020), harga batu bara kontrak berjangka ICE Newcastle ditutup di US$ 66,4/ton atau turun 0,15% dibanding harga penutupan pada perdagangan sebelumnya.

Walau sedikit banyak pergerakan harga minyak jadi sentimen untuk harga batu bara, tetapi anjloknya harga minyak tak lantas membuat harga batu bara melorot signifikan dan memiliki volatilitas yang tinggi.

Jika dibandingkan dengan minyak yang sudah anjlok 40% dalam 2 pekan terakhir, harga batu bara justru relatif stabil di rentang US$ 64 – US$ 66 per ton.

Ada beberapa alasan utama yang membuat harga batu bara cenderung stabil. Jawabannya adalah wabah COVID-19 itu sendiri. Adanya wabah COVID-19 membuat Mongolia sebagai tetangga China yang menyuplai batu bara kokas untuk kebutuhan pembuatan baja China menutup perbatasannya, sehingga memangkas pasokan ke China hingga 50% dari biasanya.

Kedua adalah cuaca basah musiman di negara bagian Australia. Australia merupakan sumber dari sebagian besar ekspor batu bara Asia Pasifik. Cuaca yang tidak mendukung tentu menjadi penghambat pengiriman batu bara menggunakan kargo. Hal ini berakibat pada kenaikan harga.

Kini China sudah melaporkan penurunan kasus infeksi COVID-19 secara signifikan dan sudah memulai kembali aktivitas ekonominya. Perbatasan Mongolia juga telah dibuka kembali, tetapi Queensland masih mengalami gangguan cuaca, sehingga harga batu bara tetap kokoh.

Harapan bahwa Beijing akan mendorong langkah-langkah stimulus untuk meningkatkan ekonomi juga mendukung harga batu bara kokas. Batu bara termal juga mendapat berkah dari wabah COVID-19 karena tambang China jadi menganggur atau bekerja dengan kapasitas yang lebih rendah. Hal ini mendorong permintaan impor batu bara

Dengan aktivitas penambangan China yang kembali normal, kemungkinan akan ada penurunan dalam permintaan impor. Namun, harga batu bara impor yang masih bersaing dengan harga domestik menjadi salah satu poin plus. Artinya, trader memiliki insentif keuntungan untuk membeli dari eksportir batu bara termal Indonesia dan Australia.

Harga indeks mingguan untuk batu bara termal di pelabuhan Newcastle Australia, sebagaimana dilaporkan oleh Argus, adalah US$ 64,87/ton dalam sepekan yang berakhir 13 Maret, hampir tidak berubah dari US$ 64,85 pada akhir 2019.

Sementara harga batu bara Indonesia berkualitas lebih rendah dengan nilai energi 4.200 kilokalori per kg berada di $ 32,77 per ton, turun 3,1% dari akhir tahun lalu.

Faktor tersebut menjadi sentimen positif untuk harga batu bara. Namun di sisi lain COVID-19 juga berpotensi membawa disrupsi bagi permintaan batu bara di negara-negara lain seperti Jepang dan Korea Selatan yang juga konsumen terbesar batu bara di kawasan Asia.

Sumber :cnbcindonesia.com
Editor :ZBP

Exit mobile version