NasionalPolitik

Persaingan Prabowo-Anies, Menerka Arah Dukungan Gerindra Di Jakarta

BIMATA.ID, Jakarta- Berkali-kali anggota Fraksi Gerindra di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta pasang badan saat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dikritik. Sewaktu kejanggalan rancangan Anggaran Pembelian dan Belanja Daerah Provinsi DKI Jakarta tahun 2020 dibongkar, Fraksi Gerindra turut meradang.

Inggard Joshua anggota Fraksi Partai Gerindra yang juga Wakil Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta meminta agar anggota PSI yang membuka data tersebut ke publik menjaga tata krama dan marwah dewan. Menurutnya anggota dewan bisa menyuarakan ke publik apabila sudah dibahas terlebih dahulu di internal dewan.

Sementara anggota Fraksi Gerindra lainnya Syarif membela Anies soal permasalahan banjir. “Saya akan mengatakan bahwa banjir di Jakarta itu sangat rumit, kompleks sekali, ada banyak variabel yang harus diperhatikan. Variabel satu durasi genangan, wilayah terdampaknya,” kata Syarif kepada wartawan, Minggu (23/2/2020).

Syarief menilai pekerjaan Anies dalam mengatasi banjir ini lebih baik. Sebab, menurut Syarief beberapa kali banjir di Jakarta cepat surut genangannya tidak seperti banjir tahun lalu. “Durasinya lebih cepat (surut) genangannya. Kedua cakupan dampaknya tidak seberat yang dulu-dulu. Kalau seringnya iya, karena kan intensitas hujannya berbeda,” katanya.

Tentu saja ini bukan hal yang aneh. Gerindra bersama Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan dua partai besar yang mengusung mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu kala pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017 lalu melawan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Belakangan nama Anies mengemuka sebagai salah satu kandidat terkuat dalam Pilpres 2024. Menurut hasil sigi lembaga survei Indo Barometer, di antara sejumlah kepala daerah elektabilitas Anies paling tinggi, yaitu 31,7 persen. Elektabilitasnya hanya dikalahkan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.

Nama Anies pun muncul dalam survei Parameter Politik Indonesia. Kendati disebut hanya berada di posisi empat di bawah Prabowo, Sandiaga Uno dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Dengan munculnya Anies sebagai salah satu figur yang berpotensi jadi penantang terkuat Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo, lalu bagaimana dengan posisi Gerindra di Jakarta. Apakah partai ini justru kemudian akan “balik badan” jadi oposisi Anies?

Pengamat politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komaruddin menilai tetap akan mempertahankan dukungan pada Anies. Gerindra sebagai partai penyokong pasti berupaya mempertahankan citra di depan publik dengan menunjukkan punya etika politik yang baik.

“Jadi untuk bermain cantik dan aman, Gerindra tidak akan berkonfrontasi ataupun cabut dukungan pada Anies. Gerindra tetap akan all outmendukung,” ujar Ujang dalam keterangannya pada wartawan.

Gerindra pasti sudah menghitung, “ancaman” tersebut hanya ketika Anies masih menjabat Gubernur DKI Jakarta. Begitu dua tahun mendatang, saat mantan Rektor Universitas Paramadina tersebut melepas jabatan, Ujang memprediksi elektabilitasnya tak sebesar saat ini.

Perlu diingat, bagi kepala daerah yang terpilih pada Pilkada serentak 2017 dan 2018 tak bisa langsung menjabat dua periode. Anies terhambat aturan dalam Undang-undang Nomor 10 tahun 2016 tentang Pilkada. Dia baru bisa ikut pemilihan lagi dalam Pilkada serentak 2024.

“Secara politik kalau tidak menjabat posisinya akan lemah. Kalkulasi politik Anies bukan jadi ancaman serius. Kecuali, setelah 2022 Anies punya jabatan lain yang bisa menjaga popularitas dan elektabilitasnya,” kata Ujang.

Ujang mengingatkan kondisi serupa yang dihadapi Gatot Nurmantyo (GN). Ketika GN masih memegang jabatan Panglima TNI, popularitasnya terbilang tinggi. Namun ketika dicopot Presiden Joko Widodo, GN “terjun bebas”.

“Popularitasnya (GN) jadi lemah. Tidak ada lagi partai yang mau. Karena itu jabatan publik jadi sangat penting,” ujar Ujang yang juga Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR)

Pendapat kurang lebih senada juga dikemukakan Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari. Qodari mengatakan setelah menanggalkan jabatannya kelak, Anies akan kehilangan panggung politik. “Ini cukup lama hampir dua tahun sampai 2024,” kata Qodari.

Jadi menurut Qodari, sisa waktu masa jabatan sampai Oktober 2022 menjadi penentu bagi Anies. Anies harus menunjukkan kinerja yang terbaik agar di mata publik dirinya layak untuk “naik kelas”. “Masalah terbesar di Jakarta di mata publik itu ada dua. Banjir dan kemacetan,” kata Qodari.

Bagi Qodari, Anies bisa dianggap ancaman sekaligus bukan ancaman pada rencana Prabowo jadi presiden. Tidak menutup kemungkinan, Prabowo justru berpasangan dengan Anies. Melihat faktanya, dengan kursi di DPR hampir 13 persen, Gerindra tak bisa sendirian mengusung pasangan capres-cawapres

“Bisa saja ada partai lain yang dukung Anies sebagai cawapres lalu menyodorkannya ke Prabowo seperti mungkin PKS atau PAN yang belum punya figur kuat,” kata Qodari.

Sementara terkait dukungan Partai Gerindra di Jakarta, Qodari menilai semua tergantung pada siapa yang terpilih sebagai wakil gubernur Anies. Ada tiga nama yang disodorkan mendampingi Anies. Gerindra menyetor nama Ahmad Riza Patria, sementara PKS menyodorkan Nurmansyah Lubis.

Kalau ternyata, Riza yang terpilih, bisa dipastikan Gerindra mendukung penuh duet Anies-Riza. ” Gerindra pasti ingin gubernur dan wakil gubernur sukses dan ingin dapat kredit dari keberhasilan tersebut,” katanya. Namun beda soal jika ternyata calon dari PKS yang memenangkan pemilihan tersebut.

Pengamat politik Usep S Ahyar menyatakan masih terlalu dini memprediksi kekuatan para tokoh untuk Pilpres 2024. Menurutnya situasi politik sangat cair dan dinamis. Sewaktu-waktu bisa berubah terutama jelang 2024.

Usep mengingatkan bagi pejabat publik yang memiliki niatan maju dalam kontestasi Pilpres mendatang agar menunjukkan kemampuan terbaiknya. “Kalau mau elektabilitas tinggi di 2024. Kinerjanya saja diperbaiki. Jangan hanya pencitraan saja yang dimajukan,” katanya.

“Partai penyokong harusnya tetap support untuk memperbaiki kinerja Anies. Di Jakarta itu problemnya kan macam-macam mulai dari banjir sampai macet.”

Tags

Tulisan terkait

Bimata
Close