Bimata

Mahathir Mohammad Kembali Ke Kantor PM Malaysia

Mahathir Mohamad kembali berkantor di Kantor Perdana Menteri Putrajaya, Selasa (25/2). Kemarin, Mahathir ditunjuk sebagai perdana menteri sementara oleh Yang Dipertuan Agung Malaysia atau Raja Malaysia.

Mahathir tiba di gedung Perdana Putra pukul 09.29 pagi dengan mengendarai mobil resmi plat Malaysia 2020.

Pagi harinya sejumlah pimpinan Partai Pribumi Malaysia Bersatu (Partai Bersatu) mendatangi kediaman Mahathir di Seri Kembangan. Setelah itu mereka meneruskan perjalanan ke Kantor Perdana Menteri Putrajaya setelah Mahathir menuju Putrajaya.

Terlihat dalam rombongan Partai Bersatu adalah Ketua Srikandi Partai Bersatu, Rina Harun, Ketua Badan Pimpinan Bersatu, Razali Idris. Nampak pula Penasihat Komunikasi dan Media Mahathir, Abdul Kadir Yasin di kediaman Mahathir.

Mahathir ditunjuk sebagai perdana menteri sementara hanya beberapa jam setelah menyerahkan surat pengunduran diri kepada raja pada Senin (24/2) sekitar pukul 13.00 waktu setempat. Pengunduran dirinya diterima, dengan keputusan dari Yang-di-Pertuan Agong Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah bahwa pria berusia 94 tahun itu harus tetap memimpin pemerintahan Malaysia, hingga pemerintahan baru dibentuk.

Keputusan tersebut datang di tengah rumor bahwa Mahathir berencana membentuk koalisi baru tanpa Anwar Ibrahim, yang dijanjikan untuk menggantikannya sejak awal ia kembali terpilih menjadi perdana menteri pada Mei 2018.

Mahathir saat itu bersama partai-partai koalisinya berhasil mengalahkan mantan perdana menteri Najib Razak yang terjerat skandal korupsi 1 Malaysia Development Berhad (1MDB). Ia yang telah absen selama 15 tahun dari dunia politik juga mengejutkan publik dengan bergabung bersama Anwar yang sempat menjadi rivalnya.

Anwar pernah menjadi wakil perdana menteri di era kepemimpinan Mahathir pertama kalinya, yang dimulai pada 16 Juli 1981. Namun, hubungan keduanya memburuk dengan pemecatan Anwar pada 1998, menyusul konflik kepemimpinan. Bahkan, Anwar kemudian dipenjara karena tuduhan korupsi dan sodomi, yang secara luas diduga dilatarbelakangi kepentingan politik.

 

sumber: republika[dot]co
Editor: AJT

Exit mobile version