Biomassa, Energi Alternatif yang Lebih Hemat
JAKARTA- Salah satu energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar di Indonesia adalah yang berbasis biota. Sebab letak geografis Indonesia yang berada di garis equator menjadikan negara ini kaya akan sumber bioenergi seperti biomassa. dengan begitu, bioenergi adalah pilihan utama karena benar-benar bercirikan Indonesia.
“Limbah biomassa ini dikumpulkan dan diproses untuk dijadikan wood pellet (pelet kayu) yang bisa dipergunakan sebagai bahan bakar, khususnya di daerah yang sulit dijangkau oleh bahan bakar minyak (BBM) dan gas. Ditambah lagi, cadangan energi migas kita semakin menipis yang pada suatu saat memang harus digantikan, karena langka atau habis dan memaksa kita harus mengimpor,” kata Komisaris Utama PT EMI Sarwono Kusumaatmadja saat meninjau pabrik pelet kayu di Subang, Jawa Barat, Senin (20/1/2020).
menurut Sarwono walaupun terlihat sederhana, Biomassa adalah energi yang tidak akan habis.
“Jangan kaget kalau sesuatu yang masih sederhana ini penampilannya dan belum lazim suatu waktu kelak akan menjadi bisnis yang lazim dengan skala besar. Karena, saya selalu berpendapat, apa yang tidak lazim saat ini bisa menjadi kelaziman di masa depan,” ujarnya.
PT Energi Management Indonesia sebagai BUMN yang bergerak di bidang energi baru terbarukan dan konservasi energi (EBTKE) telah menjadi mitra strategis Pemerintah untuk mensinergikan dan mengintegrasikan para pemangku kepentingan di sektor energi dan lindung lingkungan, mulai dari produsen, konsumen dan masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim.
“Masyarakat kita banyak yang sudah sadar akan pentingnya solusi energi alternatif dari sumber setempat yang ramah lingkungan sekaligus membuka lapangan kerja khususnya di wilayah pedesaan. Kita menghimpun stakeholder terkait untuk mendiskusikan permasalahan mulai dari permasalahan energi, penggundulan hutan, pengolahan limbah, dsb. Misalnya kelompok diskusi Pojok Iklim. Kita sudah saling kenal. Sehingga suatu permasalahan lingkungan seperti kasus penggunaan sampah plastik sebagai bahan bakar bisa lekas mendapat usulan solusi karena dibahas bersama,” kata Sarwono.
Kadin Bidang Pengelolaan Lingkungan Bersih dan Pemanfaatan Limbah mengatakan, saat ini subang memerlukan adalah konsep industri terpadu.
“Pengaturan sektor terpadunya masih kurang di Subang ini. Kelemahan kita memang di sektor kebijakan. Padahal pabrik pelet kayu ini kan bagus sekali, tidak mencemari lingkungan. Renewable energy,” ujarnya didampingi Miranti Serad, Wakil Ketua Komisi Tetap Pengelolaan Lingkungan Bersih dan Pemanfaatan Limbah Kadin Energi Baru Terbarukan.
Dibantingkan dengan elpiji penggunaan pelet kayu lebih hemat 50 %.
Tidak tutup kemungkinan kedepannya cara ini akan digunakan oleh UMKM untuk mengeringkan hasil kebunnya.
Sumber: Beritasatu.com
Editor: Z.B.Permadi